Oleh: Helvy Tiana Rosa
Belum lama ini seorang teman bercerita bahwa ia merasa "hidup"
karena ia jatuh cinta lagi!
"Lho, suami Mbak gimana?"
Dengan merendahkan suara dan melirik kiri kanan untuk meyakinkan
diri tak ada orang lain yang mendengar selain saya, ia berkata: "Dengan
suami ya biasa aja. Dia dan anak-anak nggak ada yang tahu. Yang bikin
aku senang, pria itu juga jatuh cinta padaku!"
"Dia sudah punya istri, Mbak?"
"Sudah juga. Eh, tahu nggak, kami sudah sepakat, hubungan ini adalah
hubungan tanpa target!"
Saya mengernyitkan kening.
"Kami hanya menjalani saja. Lagi pula kami nggak pernah
ngapa-ngapain kok, Vy. Paling janjian ketemu di mana, ngobrol.
Gitu aja. Dia santun banget," mata teman saya berinar-binar.
"Pokoknya kami menyiasati pertemuan kami. Jangan sampai
melukai pasangan kami masing-masing. "
Saya tersenyum hambar. Bukankah tindakan yang "tidak ngapa-ngapain"
itu juga sudah sangat melukai?
"Mbak lebih mencintai siapa, suami atau pria itu?"
Dia terdiam sesaat. "Lain sih ya. Kalau sama suami sekarang kami
sudah seperti kakak adik, sudah kayak sahabat. Kalau dengan dia,
aku jatuh cinta lagi. Ya seperti dulu aku jatuh cinta pada suamiku.
Pokoknya suatu ketika kamu juga pasti akan mengalami, Vy. Ini namanya
cinta platonik! Platonik! Bukan selingkuh, Vy. Ini hubungan tanpa pamrih,
tanpa nafsu, tanpa target! Nah, bagaimana pendapatmu?"
Saya menggaruk kepala yang tak gatal. Kok bisa ya? Dan dia bilang,
suatu ketika saya juga pasti akan mengalami! Saya bergidik.
Ah, semoga Allah melindungi kami: saya dan suami. Apa pun namanya,
hubungan seperti ini hanya akan mengeroposi pernikahan agung
yang terjadi antara seorang istri dan suami. Saya tak menginginkannya.
Kalau suatu saat sampai saya jatuh cinta lagi, saya berharap saya
jatuh cinta lagi pada suami saya sendiri! Kalau sampai saya jatuh cinta
lagi pada pria lain (semoga tidak), saya berharap saya hanya akan
bertepuk dengan tembok?.,maka hubungan itu tak akan pernah ada.
"Setelah bertahun-tahun, cinta itu akan pudar dan berubah hanya
menjadi sayang. Itu yang terjadi pada diriku dan suami," kata si teman
lagi.
Saya tersenyum. "Mungkin salah satu yang menjadi tugas besar
dalam berumah tangga adalah menumbuhkan cinta itu setiap saat, Mbak.
Menjaganya untuk tak pernah berubah, apalagi mati."
" Susah , Vy. Semakin lama pernikahan, akhirnya kita melihat
semua kejelekan dan kelemahan suami."
"Begitu pula suami kita, Mbak, ia pun sudah melihat segudang
kejelekan dan kelemahan kita. Tapi?mengapa sih kita membiarkan
mata kita melihat kejelekan dan kelemahan itu saja? Hidupkan mata
ketiga dan keempat kita: batin, benak. Kita putar lagi semua adegan
tentang pasangan kita. Benarkah kejelekannya lebih banyak
dari kebaikan dan keindahannya? Putar lagi adegan itu, ketika dia
sangat peduli, sangat khawatir pada kita, sangat bertanggung jawab
pada keluarga. Keringat dan cintanya yang mengucur deras untuk
keluarga. Tidakkah itu menggugah kita?" Saya diam sebentar.
"Lihat mata itu, apakah ada gemintang yang sama di sana ?
Bila tidak, mengapa kita tak mencoba untuk kembali menghidupkan
bintang-bintang itu di mata dan hati dia, di mata dan hati kita? Buat
saya, ini arti platonik sebenarnya, Mbak?."
Teman saya itu menarik napas panjang. " Susah bagi saya keluar dari
cinta platonik ini, Vy."
Hmmmm?platonik.
"Menurut KBBI dan KUBI, platonik berarti sepenuhnya spiritual, bebas
dari nafsu birahi cinta. Cinta platonik: cinta kasih tanpa nafsu.
Yakin begitu perasaan Mbak pada pria itu? Apa Mbak bisa memastikan
perasaan pria itu kepada Mbak? Yakin kalau dia mencintai mbak
tanpa nafsu sama sekali?" tanya saya lagi.
Dia terdiam lama. "Yaa nggak yakin juga sih?."
Akhirnya kami mengobrol cukup panjang. Saya sampaikan padanya
bahwa masalah tersebut bukan hanya dipicu karena memudarnya cinta,
melemahnya hubungan dan komunikasi dengan suami saja, melainkan
juga karena memudar, melemahnya hubungan dengan Allah. Insya Allah,
hubungan yang kuat dengan Sang Maha akan mencegah kita untuk
melakukan selingkuh, apapun jenisnya.
Sorenya, usai percakapan dengan teman saya yang cantik itu,
saya merenung. Saya dan suami sudah menikah lebih dari 10 tahun.
Ah, dapatkah kami memelihara dan selalu menghidupkan cinta kami?
Kami sama-sama punya banyak teman lawan jenis. Kami sama-sama
punya lingkup pergaulan yang luas. Apakah kebesaran, keindahan
cinta kami bisa menghalau siapa pun yang mencoba menyelusup
masuk atas nama: selingkuh atau cinta platonik semu, seperti yang
dialami teman saya itu?
Mungkin kami tak boleh membiarkan waktu atau orang lain yang menjawab.
Setiap hari kami harus menumbuhkan cinta kami dengan berbagai cara.
Cinta harus terus tumbuh, menembus semua rintangan. Kuncup-kuncupnya
tak boleh merekah semua seketika, untuk kemudian layu. Ranting dan
pokoknya harus kuat menjulang. Cinta harus ditumbuhkan sepanjang usia
kami, dengan bunga-bunganya yang bertaburan di sepanjang jalan kesetiaan.
Jalan yang kami tapaki dengan riang di bumi dan semoga kelak
mempertemukan kami kembali di langit?.
Malam itu tiba-tiba saya rindu sekali pada Mas Tomi, suami saya yang
sedang berada di Aceh. Saya ambil HP dan kemudian mengirim sms
padanya: Say, aku kangen banget nih. Telpon dong!
Tak lama suara riangnya terdengar di ponsel saya:
"Assalamu'alaikuuum . Hai Bunda, apa kabar? Ya aku juga kangen banget?."
Faiz anak kami tergelak-gelak mendengar percakapan itu,
"Waaaah kangen nih yeee?suiiit suiiitt?kangen kok setiap hari?"
**Ummi juga pengen jatuh cinta lagi.. Jatuh cinta lagi sama abi.. :) Bi, maafin semua kesalahan ummi ya.. Mungkin abi bosen karena ummi sering minta maaf karena ummi sering jatuh "mengulangi & mengulangi kesalahan lama". Maafin ummi ya,bi..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Memang sih... kok bisa ya... Tapi ternyata yang seperti itu banyak kok mbak. Moga aja deh kita terhindar dari yang seperti itu. Amiinnn....
ReplyDeleteBtw, makasih ya kunjungannya. Semoga bisa terus terjalin tali silaturrahim. Amiinn 2x
Cinta itu ibarat sebuah tanaman anggrek dalam pot.. mesti dirawat dan dipupuk, meski dalam sebuah periode akan ada jarak yang sementara memisahkan kedua individu... hang-in there,and fasten your prayers..
ReplyDeleteSeneng udh bisa mampir kesini, salam hangat dari Afrika Barat
--------------
PS: Ohya, Warung yang lama ini akhirnya kembali di buka, setelah lama di tinggal mudik.
Bener ummi, saya tahu menjauhkan diri dari cinta platonik or TTM itu sulit banget. Semua orang sepakat kalau rumput tetangga lebih indah daripada rumput sendiri. Terlebih rutinitas sebagai suami-istri sering membuat kita terperangkap dalam jaringan kebosanan. Jalan yang terbaik adalah jangan pernah membiarkan diri kita benar-benar jatuh dalam cinta itu. Sekali kita memupuk cinta ke orang lain, cinta itu akan tumbuh subur. Dan cinta seperti itu kayak candu jadi akan terus muncul bila terus dibiarkan. PERCAYA DEH............ hehhehe
ReplyDeleteidem sama ninik dari Hawai... yg lebih banyak pengalaman dan pengetahuan... :) i love u, ayah mamat... :))
ReplyDelete